Kumpulan Puisi Terbaik Karya Jalaluddin Rumi

Kumpulan Puisi Terbaik Karya Jalaluddin Rumi - Hallo sahabat Puisi Pahlawan, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Kumpulan Puisi Terbaik Karya Jalaluddin Rumi, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Kumpulan Puisi Terbaik Karya Jalaluddin Rumi
link : Kumpulan Puisi Terbaik Karya Jalaluddin Rumi

Baca juga


Kumpulan Puisi Terbaik Karya Jalaluddin Rumi

Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi al-Bakr, merupakan seorang penyair yang  lahir di Balkh (sekarang Samarkand) pada tanggal 6 Rabiul Awwal tahun 604 Hijriah, atau tanggal 30 September 1207 Masehi.


Jalaluddin Rumi adalah seorang sufi besar sepanjang zaman, yang telah membaktikan lebih dari separuh hidupnya untuk mencari kebenaran-kebenaran terdalam dari ajaran agama. Beliau adalah seorang ahli tasawuf dan penyair sufi Persia terbesar.



Kumpulan puisi Rumi yang terkenal bernama al-Matsnawi al-Maknawi konon adalah sebuah revolusi terhadap Ilmu Kalam yang kehilangan semangat dan kekuatannya. Isinya juga mengeritik langkah dan arahan filsafat yang cenderung melampaui batas, mengebiri perasaan dan mengkultuskan rasio. Diakui, bahwa puisi Rumi memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan para sufi penyair lainnya.


Melalui puisi-puisinya Rumi menyampaikan bahwa pemahaman atas dunia hanya mungkin didapat lewat cinta, bukan semata-mata lewat kerja fisik. Dalam puisinya Rumi juga menyampaikan bahwa Tuhan, sebagai satu-satunya tujuan, tidak ada yang menyamai.


Ciri khas lain yang membedakan puisi Rumi dengan karya sufi penyair lain adalah seringnya ia memulai puisinya dengan menggunakan kisah-kisah. Tapi hal ini bukan dimaksud ia ingin menulis puisi naratif. Kisah-kisah ini digunakan sebagai alat pernyataan pikiran dan ide






Suatu Fajar Bersama sang Rembulan
Karya; Jalaludin Rumi.

Rembulan muncul di langit fajar. Mengambang turun ia, seraya menatapku.

Lalu, bagai seekor elang menyambar mangsanya, ia mencengkeramku dan menyeretku ke angkasa.

Walau kucoba sekuat tenaga, tak mampu aku melihat diriku sendiri.

Berkat keajaiban cahaya rembulan, telah lebur diriku kedalam jiwa murni.

Dalam bentuk itu lah pengelanaanku berlangsung, bersatu dalam cahaya tak-terbatas.

Lalu, rahasia dari pertunjukan abadi tergelar jelas di hadapanku.

Ke sembilan sfera langit, terliputi oleh cahaya.

Wahana-jiwaku, melayang di Samudera tanpa pantai.

Tiba-tiba samudera wujud beralih bentuk menjadi gelombang demi gelombang.

Fikiran timbul: imaji bentuk bagai gelombang memecah di pantai.

Lalu semuanya kembali seperti semula: bersatu dalam jiwa yang murni.

Keberuntungan berupa penglihatan ini berasal dari Syamsudin al-Haqq dari Tabriz.

Tanpa kepemurahannya, tak ada yang dapat menunggang rembulan atau menjadi samudera tanpa batas.





Masihkah Mendua.
Karya: Jalaluddin Rumi.


Diberi engkau: dua tangan. dua kaki dan dua mata; tetapi jika yang hatimu dambakan dan yang Sang Kekasih kehendaki bagimu dua hal yang berbeda, maka apa manfaatnya itu bagimu?

Kau sebut dirimu seorang pencinta, tapi ucapanmu itu hanya penghias bibir; jika kau pandang seorang pencinta sejati dan Sang Kekasih sebagai dua hal yang berbeda maka penglihatanmu mendua, atau kau salah menghitung.




Terkecuali cinta.
Karya: Jalaluddin Rumi.


Perhatikan lah dirimu sendiri: gemetar engkau, khawatir akan yang belum berwujud.

Ketahui lah, yang belum berwujud pun tengah khawatir, takut kalau Tuhan akan membuatnya berwujud.

Jika kau coba rengkuh keagungan duniawi, itu pun berasal dari kekhawatiran pula.

Semua hal, terkecuali Cinta dari Yang Maha Indah, adalah penderitaan.
Sungguh suatu derita beranjak menuju kematian tanpa mereguk air kehidupan.






Jika Kau Dambakan
Karya: Jalaluddin Rumi.

Jika kau dambakan dirimu yang sejati, keluarlah dari jasadmu.

Tinggalkan di belakang aliran kalimu yang dangkal dan mengaruslah engkau ke dalam sungai yang dalam dan lebar.

Jangan rela sekedar menjadi seekor kerbau yang menghela bajak di sawah, ber-thawaf-lah




Harapan Telah Tiba
Karya: Jalaluddin Rumi.


Wahai jiwaku, jangan lah berputus-asa, harapan telah datang.

Yang Maha Pengasih, harapan setiap jiwa, telah tampil dari semesta tak-nampak.

Jangan lah berputus-asa, walau Siti Maryam tak lagi genggam jemarimu, cahaya yang menarik Isa ke langit telah tiba.

Jangan lah berputus-asa, wahai jiwaku, walau pun gelap sumur-penjara-mu kini, sang Raja yang membebaskan Yusuf telah datang.

Ya'qub telah membuka hijab uzlahnya. Yusuf yang menyingkap hijab Zulaikha telah tiba.

Wahai engkau yang habiskan malam hingga fajar, dalam rintihan, "Wahai Rabb;" yang Maha Pengasih mendengar permohonanmu itu, dan telah datang.

Wahai sakit, yang telah menua bersamamu, bergembira lah, obatmu telah tiba.

Wahai gerbang nan rapat terkunci, terbuka lah, karena kunci telah datang.

Engkau yang telah berpuasa, menahan diri dari Meja Perjamuan, berbuka lah dengan gembira, karena hari pertama pesta telah tiba.

Diam lah, tetap lah diam; karena dengan keagungan perintah "Kun!" diamnya ketakjubanmu telah mengatasi semua pembicaraan.







Rahasia Kebenaran.
Karya: Jalaluddin Rumi.

Rahasia kebenaran takkan terbuka karena banyaknya mengajukan pertanyaan; tak pula karena menyerahkan seluruh harta dan kehormatan;

tapi hanya ketika telah lewat usiamu lima-puluh tahun; saat hati dan matamu telah memerah-darah.

Dari semua perbincangan ini, tak seorang pun menemukan jalan menuju peleburan.





Rintihan seruling bambu.
Karya: Jalaluddin Rumi


Dengarkanlah suara seruling bambu Menyayat rintihannya, lantunkan perihnya perpisahan:

"Sejak direnggut aku dari rumpunku dulu, ratapan pedihku telah membuat berlinang air-mata orang. Kuseru mereka yang tersayat hatinya karena perpisahan.

Karena hanya mereka yang pahami sakitnya kerinduan ini. Mereka yang tercerabut dari tanah-airnya merindukan saat mereka kembali.

Dalam setiap pertemuan, bersama mereka yang tengah gembira atau sedih, kudesahkan ratapan yang sama.

Masing-masing orang hanya dapat mendengar sesuai pengetahuannya sendiri-sendiri.

Tak ada yang mencari lebih dalam tentang rahasia didalam diriku.

Rahasiaku tersembunyi didalam rintihanku, mata-telinga tak bercahaya takkan mampu memahaminya."

Desah seruling bersumber dari api, bukannya angin.

Apa gunanya hidup seseorang yang tak lagi ada apinya?

Adalah api cinta yang menghidupkan nyanyian sang seruling.

Adalah ragi cinta yang membuat anggur terasa lezat.

Lantunan seruling mengobati hati yang perih karena cinta yang hilang.

Lagunya menyapu hijab yang menyelubungi hati.

Adakah racun yang lebih pahit atau gula yang lebih manis daripada nyanyian seruling bambu?

Agar dapat kau dengar nanyian seruling itu mesti kau tanggalkan semua hal yang pernah kau ketahui.




Rayakanlah
Karya: Jalaluddin Rumi


Ramadhan telah tiba: Rayakan lah!

Perjalanan menyenangkan menuju Yang Esa, Dia lah yang menemani mereka yang sedang berpuasa.

Kupanjat atap, agar dapat kulihat Rembulan. Karena kurindukan berpuasa dengan hati dan jiwa.

Hilang akalku saat kutatap Rembulan. Sang Sultan, rajanya puasa, membuatku mabuk.

Wahai saudaraku kaum Muslim, aku telah mabuk sejak hari aku kehilangan akal.

Sungguh khasanah nan indah tersimpan di dalam puasa.

Sungguh terdapat padanya kemenangan yang mencengangkan.

Ada Rembulan lain yang dirahasiakan selain rembulan yang ini.

Ia tersembunyi di dalam tenda puasa bagaikan seorang Turki.

Siapa saja yang berkehendak mendapatkan panen puasa bulan ini, carilah jalan menuju Rembulan yang itu.

Yang wajahnya sampai pucat, bagaikan satin, memakai puasa sebagai pakaian sutranya.

Bulan ini do'a dikabulkan. Desah mereka yang berpuasa merobek langit.

Lelaki yang duduk dengan sabar di dasar sumur puasa, memenangkan cinta seluruh Mesir, dia lah Yusuf.

Ketika saat santap sahur tiba, diam lah: sehingga mereka yang kenal puasa menikmati berpuasa.

Datang lah, wahai Syamsudin yang pemberani, kebanggaan Tabriz, engkau lah panglima para prajurit, para ahli berpuasa.




Lenyapnya bayangan.
Karya: Jalaluddin Rumi

Demikian lah keadaan sang pencari yang mendambakan Hadirat Rabb-nya. Ketika Rabb tampil, sang hamba sirna.

Walaupun penyatuaan dengan Rabb itu keabadiaan di atas keabadian, tapi pertama-tama itu berarti matinya sang hamba dari dirinya sendiri.

Bayangan yang mencari Cahaya lenyap, ketika Cahaya-Nya tampil.

Bagaimana akal akan bertahan ketika Dia memerintahkannya pergi?

Semuanya sirna kecuali wajah-Nya.

Dihadapan wajah-Nya, musnah semua wujud dan ketiadaan: sungguh mencengangkan wujud di dalam ketiadaan.

Pada hadirat ini, semua akal lenyap: ketika pena mencapai titik ini, patahlah ia.



Jangan Kau Sesali.
Karya: Jalaluddin Rumi.


Jangan kau sesali lenyapnya kebahagianmu; ketahui lah ia akan kembali padamu dalam bentuk yang lain.

Saat kanak-kanak kau berbahagia ketika kau menyusu. Ketika mulai tumbuh membesar kau bosan pada susu, dan kesenanganmu beralih pada minuman lain dan madu.

Kesenangan adalah sesuatu yang esensial ia datang menyapamu melalui aneka bentuk. Ia bergerak dari satu sudut ke sudut lain pada unsur air dan tanah-lempung, yang membentuk dirimu.

Ia bisa mendadak mempertontonkan keindahannya pada butir air hujan, lalu ia merasuki pokok mawar, dan keanggunan kecambahnya ketika bibitnya bangkit dari tanah.

Ia bisa datang dari air, dari kelezatan roti dan daging, lalu melalui kecantikan, lalu melalui anggunnya kuda tunggangan.

Sampai, mendadak suatu hari, dari balik hijab-hijab itu, ia menerobos dan menghancurkan berhala-berhala: Ia bukan lah bentuk yang ini bukan pula bentuk yang itu.

Jiwa, saat kau tenggelam dalam lebur, keluar dari tubuhmu dan tampil di alam khayal; sementara tubuhmu diam dan ditinggalkannya, ia memanifestasi sebagai sebuah imaji.

Secara awam kau bisa katakan seperti ini: "Dalam sebuah mimpi kulihat diriku sendiri tegak tinggi bagai sebatang cemara wajahku secantik bunga tulip semerbak harumku bagai mawar dan melati."

Lenyap bentuk imajinal seperti itu ketika jiwa kembali kedalam rumahnya; sesungguhnya terdapat peringatan penting bagi semua makhluk, baik saat jiwa kembali maupun ketika bertolak.

Telah kuutarakan apa yang mungkin disampaikan, lebih dari ini kutakutkan mudharatnya; sungguh Sabda-Nya jauh lebih indah daripada lantunanku: berpegang-erat lah kepada buhul tali keimanan.

Jika tak mampu menyajikan hidangan yang layak setidaknya ucapkanlah kata-kata yang arif.

Wahai Tabriz-nya jiwa pandanglah gemintang di langit qalb mungkin kan kau dapati cahaya redup ini sebuah bayangan dari Syams ad-Diin



Dengarkanlah Dalam Diam.
Karya: Jalaludin Rumi.

Jika kau miliki telinga, dengarkan lah, Terima lah pesanku dengan jernih; Dengan Dia memenuhi seluruh isi hatimu Berpisah lah kau dari dirimu sendiri.

Tutup mulutmu, ketika terangnya penglihatanmu mencerap visi yang muncul: Tak perlu kau tambahkan pendapatmu Karena semua telah kau saksikan di sana.




Ku Kan Berlari Cepat.
Karya: Jalaluddin Rumi.


Ku kan berlari cepat, dan takkan ku berhenti, sampai aku bergabung dengan kafilahku.

Ku kan lebur bagai udara dan musnah, hingga Sang Kekasih meraihku.

Menyala gembira hatiku, bagai api yang memusnahkan rumahku, lalu berkelana aku ke gurun.

Aku akan menjadi debu di tanah padang yang tandus sampai Kau buat aku menghijau teduh.

Aku akan mengalir merendah bagaikan air bersujud sepanjang jalan menuju ke taman-mawar-Mu.

Sejak aku jatuh dari langitgemetaran aku bagai butiran debu. Aku baru aman dan tenang jika kucapai Tujuan.

Kudapati langit penuh hal mengerikan dan bumi tempat kehancuran; aku kan selamat dari ke dua bahaya ini ketika kuraih Sang Sultan.

Di alam-dunia yang tersusun dari tanah dan air ini bercampur-baur kekufuran dan kehancuran, kulewati hati penuh kemusyrikan agar kucapai keimanan.

Sang Raja penguasa semesta alam yang menjaga kesetimbangan dan keserasian, memandang kepada pencinta yang seimbang--

Kudamba wajahku bersinar kekuningan bagai kilau mata-uang emas sehingga ditempatkan-Nya aku dalam keseimbangan-Nya.

Rahmat-Nya bagaikan air, mengalir ke tempat yang rendah. Aku kan menjadi debu agar teraliri Rahmat-Nya supaya ditarik aku menuju ar-Rahim.





Demikian kumpulan puisi terbaik karya Jalaludin rumi  yang bisa saya bagikan pada kesempatan kali ini. Semoga Bermanfaat untuk sobat semua.
Terimakasih sudah mampir ke kpuisicnta. Jangan lupa untuk membaca postingan - postingan menarik lainnya disini.


Demikianlah Artikel Kumpulan Puisi Terbaik Karya Jalaluddin Rumi

Sekianlah artikel Kumpulan Puisi Terbaik Karya Jalaluddin Rumi kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Kumpulan Puisi Terbaik Karya Jalaluddin Rumi dengan alamat link https://puisi-pahlawan-perjuangan.blogspot.com/2020/08/kumpulan-puisi-terbaik-karya-jalaluddin.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Puisi Bertema Perjuangan Pahlawan 4 Bait

Kumpulan puisi terbaik karya Kahlil gibran

Cerita Diantara 2 Pilihan Antara Cinta Abadi dan Cinta Pertama